Sabtu, 22 November 2014

Makalah Perilaku konsumen dan produsen


Perilaku Konsumen dan Produsen



Akhmad Ali Atmizi
M Sa’dilah
Ibnu Salam
M agus P
Salapuddin

SMKN 1 Tapin Selatan

















                    
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perilaku produsen dan Konsumen” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada di alam raya ini.
Makalah ini berisikan tentang perilaku-perilaku apa saja yang terjadi di dalam masyarakat beserta beberapa penjabaran contoh kasus yang kerap dialami oleh masyarakat luas.
Dengan demikian kiranya kami berharap agar makalah yang sederhana ini dapat ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan aspek informasi dan pengetahuan kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca senantiasa kami harapankan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun materiil. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Amin Ya Robbalalamin.


Terimakasih.
Hormat kami



                                                                                                                           Penyusun





 














DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………… i
Daftar isi ………………………………………………….ii
BAB I
Pendahuluan ........................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN


BAB II
Pembahasan …………………………………………………….
A . Perilaku produsen
B.Perilaku Konsumen
BAB III
Penutup………………………………………………………………….
KESIMPULAN






BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
a.    Perilaku prudusen
Dalam organisasi perusahaan kita tidak akan bisa lepas dari ruang lingkup ekonomi karena salah satu tujuan perusahaan teresebut didirikan adalah agar mendapatkan suatu keuntungan dalam segi ekonomi, oleh karena itu perilaku produsen adalah salah satu ruang lingkup ekonomi yang patut kita pelajari agar tujuan dari organisasi perusahaan dapat terpenuhi.

Salah satu bagian dari ruang ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.

Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.

b. Perilaku konsumen

“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli produk kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika kita lakukan plan A? bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk penanggulangan jika plan A maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” itulah kalimat-kalimat gundah yang seringkali terdengar di kalangan para pebisnis maupun wirausahawan yang sedang menapaki ranah perdagangan barang dan jasa dalam sebuah rapat perencanaan strategis mereka di bidang pemasaran.
Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan tersebut ialah untuk dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat menggunakan atau membeli produk mereka.

Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan terpuruk akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka.

Lalu bagaimana sekarang? permasalahannya ialah, apa yang menyebabkan mereka menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka bisa gagal?

Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang memang sudah menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa. Pertanyaan tersebut ialah bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk membeli produk dari para pebisnis maupun wirausahawan tersebut?

Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah pertanyaan kita dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, menurut kami itulah solusi terbaik yang dapat diambil untuk memecahkan kendala-kendala yang dihadapi ketika sebuah stategi marketing gagal dijalankan.
Hal inilah yang mendasari kelompok kami untuk melakukan analisa masalah dalam bentuk makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi seperti saat ini.




B. RUMUSAN MASALAH
a. perilaku produsen

1.        Apa itu produsen dan produksi?
2.        Apa saja faktor dan tujuan produksi?
3.        Apa itu fungsi produksi?
4.        Bagaimana pengaplikasian fungsi produksi?
5.        Bagaimana cara mengoptimalkan produksi?
6.        Bagaimana cara penghitungan fungsi produksi dan Least Cost Combination ?
7.        Kenapa dibutuhkan penghitungan fungsi produksi dan Least Cost Combination?
b. Perilaku konsumen
-          Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya akan suatu produk yang ada?
-          Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat memahami seluk beluk perilaku konsumen?



 
C. TUJUAN
Penulisan makalah ini ditujukan agar pembaca mengetahui dan lebih memahami  perilaku produsen dan konsumen lebih mendalam .





                 
BAB II

PEMBAHASAN

A . Perilaku produsen

Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa sehingga dapat menghasikan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan Produksi adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber daya alam menjadi suatu barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menaikkan nilai jual dan guna barang tersebut, atau sumber daya manusia yang dapat menjadi suatu jasa yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan nilai jual dan guna jasa tersebut.
Contoh perilaku produsen :

1.        Produsen mencari keuntungan dengan menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum mungkin.
2.        Produsen memberikan Diskon kepada pembeli atau konsumen yang membeli barang dalam jumlah yang banyak yang telah diakantentukan produsen itu sendiri.
3.        Produsen mematok biaya produksi berdasarkan faktor input produksi tersebut, sehingga ketika harga salah satu faktor input naik, maka harga jual hasil produksi pun akan ikut naik.
4.        Selain produsen menghasilkan barang atau jasa sesuai kebutuhan konsumen, produsen juga menghasilkan barang atau jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat.
5.        Produsen juga mengadaptasi isu global atau keadaan sosial yang sedang terkenal saat itu untuk memasarkan barang atau jasa yang mereka jual.
6.        Produsen juga memberikan diskon besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang atau biasa disebut cuci gudang.

1.        Sumber daya alam
    Contoh : Air, Tanah, Tanaman, Hewan, Udara, Matahari, Bahan-bahan tambang mineral, dan lain-lain.

2.        Sumber daya manusia.
    Sumber daya manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.        Tenaga Kerja Terdidik.
    Contoh : Manajer Produksi yang tugasnya bertanggung jawab, mengatur dan mengelola segala kegiatan produksi agar hasilnya maksimal.
2.        Tenaga Kerja Terlatih.
    Contoh : Tenaga Produksi atau buruh kerja, Security, Driver, dll.
3.        Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih.
    Contoh : Office Boy/Girl ,Buruh Angkut, dll.
3.        Sumber modal.
    Modal adalah sesuatu yang dibutuhkan seorang produsen atau perusahaan produsen untuk bisa memulai produksi agar menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, atau untuk menambah dan memperluas produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.
Dari kegiatan produksi ada beberapa tujuan yang akan tercapai yaitu :
1.        Menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
2.        Mendapatkan keuntungan.
3.        Memaksimalkan sumber daya yang ada.
4.        Meminimalkan biaya produksi.
5.        Mengganti barang yang telah habis atau yang rusak.
6.        Memaksimalkan hasil produksi.
7.        Mencari tambahan modal.
Fungsi Produksi.
Fungsi produksi adalah model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah inputan produksi yang dipakai dengan jumlah output barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi. Secara matematis dapat dinyatakan :
X = f ( A1, A2, A3,...)
X : output yang dihasilkan
(A1,A2,A3,...) : input yang dipakai
Sifat fungsi produksi terdapat dalam suatu hukum ekonomi yaitu : "The Law of Diminishing Returns"  (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa jika salah satu input ditambah dengan input lain yang dianggap tetap maka hasil output dari pertambahan input tadi mula-mula akan bertambah, tetapi lama kelamaan akan menurun menurun setelah sampai pada titik maksimalnya jika input terus menerus ditambah.
Kondisi hukum diatas dapat kita liat ketika suatu produsen Tahu menambahkan jumlah kacang kedelai namun jumlah pekerja, mesin dan faktor inputan produksi lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah tahu yang dihasilkan memang akan meningkat karena bahan baku kacang kedelai pun bertambah, tetapi ketika kacang kedelai terus menerus ditambah maka proses produksi akan menjadi semakin tidak efektif karena lama kelamaan para pekerja tidak akan sanggup mengerjakan tugas membuat tahu yang semakin banyak ,dan bahan-bahan pembuat tahu yang lain juga tidak bertambah sehingga kacang kedelai tidak semuanya dapat diproduksi menjadi tahu dan akhirnya hasil produksi akan menurun seiring berjalannya waktu produksi.

B. PRODUKSI OPTIMAL
Produksi optimal dikaitkan dengan penggunaan factor produksi untuk memproduksi output tertentu, posisi optimal akan tercapai ketika tidak mungkin mengurangi output produksi yang lain untuk meningkatkan output.

Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.

Penentuan Volume Produksi yang Optimal

Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sbb :
8.        Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
9.        Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin tinggi.
10.      Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
11.      Biaya modal (opportunity cost of capital)
12.      Biaya keusangan
13.      Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan
14.      Biaya asuransi persediaan
15.      Biaya pajak persediaan
16.      Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan
17.      Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

kurva isoquant, contoh :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibmevDdDyyJ4yE5s9FZN4n0YEaKllh_DquwoprqyeXNg19thlvJEAyBi_oe-BSXrwO5fukEwjxsdu8uUDwl9lt84plLvkSwwF_44iyWnz2y4bUkwrLwm2pQ_xuBbdU3ZjK08WIgHPvGFA/s320/New+Picture.png

Sementara itu Isocost atau disebut juga garis ongkos sama adalah kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan cara mengeluarkan sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat menggambar grafik isocost ini harus diketahui uang yang tersedia dan harga masing-masing faktor produksi.

Contoh : Modal tersedia $500, harga Tenaga Kerja $15,- per unit dan modal $8,- per unit.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitOJ2e5iT_gac3LgEDcz8eqiee6jNaYv6tcg4xPXwr9OUObOS9yuj5tDso_kkCuDxy_z50l0gwv0oAQoT4Ll4gULDk_N3G2IA3o4AXWvb-qZQKLxo22F7hvxHCPK8tlNURmMZpwDM0MJk/s320/New+Picture+%281%29.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9tLiN0fLzgAaRshNmBcM1P82LM9CdyV2gI9b89ricaDl8YoiBqZLGb4RdaqEeim2HGFu1AIM9G1NHldS-Ox247RpWXjNZpV9dW9GqmSTnHzgIfn1iT32bmtEJb3PGF-KZw8vqiVoOvfE/s320/New+Picture+%282%29.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBzYbzzRfj8fv1V9PEufTrH7fGDZFvWYcSLKgrjESHM-9lEmTCziGSOERMPchg3v6CXs2KXm2dOUFhFDNnUcm3XPST4RyOfC1wUQdQJg-q_ngIunTJIVxLBoTl18u5rfqWGywy2eryMas/s1600/New+Picture+%283%29.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmGSAq4aEvWa2CvNmE9ByIEard6mJmCVyonWHoOaTaVjYrJJ3x8qBtWRgOqdvlmuY3_YoofNK2NfuAb_MkDeSA4lt4teCeZQJoJVQrpA2AU3JHxk1WkhEVu8PkQHvfhLg6kYbjFPfZG2k/s320/New+Picture+%284%29.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxvBG_h_dFrNBSqkb9XDi_oEZtmeM_5o0z1ZXI4JilooTbtZXKwwO9uRRXHlF9RaCehNYetwnPslHhVNy3fpe7Y2Oykcej89Z6Ksy7iyw8MtHY4sdrj4E8ZL7K2BK6uWAEKry3H-ge28/s1600/New+Picture+%285%29.png

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOwOrMJlpDkjw6JgvNUP8Y8XClkVgJYG0kFojaFEnv3pgA79NV0zqeb146Co6mBbR_Fu9LT5e30mZD1FCH_yk8o3Ky7E1k-7ldhDwuTy8x7_KddsL_ivKoDHJWoV7J06BcSRW3m2F9jT4/s320/New+Picture+%286%29.png


Untuk dapat mencapai tingkat produksi optimal dengan biaya minimum bisa menggunakan kurva bersinggungan antara isoquant dan isocost dengan syarat :


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZNluLp8PvZcxtw39_JH13QCxt7iHvwJTIAFFvF9tX3fTY6yrm0awIonziUiU_5noHbVTAyPH3Hv_at4l7pj-U5ucgxZtMqZ4w3qUE7x3H1cgsrjzj9-57BAL3YK5zlb1ATkRaPRofkiA/s1600/New+Picture+%287%29.png
disebut Marginal Rate Of Technical Subsitution (MRTS) yaitu jumlah input (x1) harus ditambah jika input (x2) dikurangi agar output yang dihasilkan tetap. Syarat inilah disebut Least Cost Combination.


Contoh dari cara meminimalkan ongkos produksi jika hasil output sudah di ketahui dengan data sebagai berikut : Toko sepatu memiliki modal tersedia $8.000, harga Tenaga Kerja $10,- per unit dan modal $25,- per unit dan jumlah yang diproduksi 200 unit sepatu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwxQ8_rdhX7fnvExG4ke-DQXQegZDyi-dWZAXXYh3niwrCJpmiNm-hX9_W3c7Y-cpopIjpr2zp7Evqle2ODwYll97nt_2csoPUX3gjoW-ZVAJSRdj6glP0SAkh95gfAshoxuqe0GxGcXY/s320/New+Picture+%289%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijnzd3NW7mCwnlMR7GjxOFPnGyOrT-AksSrfuqWmGs5jhHROdI0xHyHpNxwRXjtwEUOJyDki0phMej7uDftVGtLELrlLuvmHr4xOzXTU8df00jvs84B5TJg6iGWiJsMI67ImdfTxclWyY/s320/New+Picture+%288%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn9Vx8om_99o3zwrbm74TlsgL53d8CWj6nbPxMNAgThm55-CCc1W1DRleCX_I_U65KB7FjAa28Y3I1WhclzRTw7q3POPhpaYVEr4d5YyyXu8I30sHzXnTl5Py3Bxu8OC1GlGmNcIt2UZM/s320/New+Picture+%252810%2529.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhguANktNDMQ_NcvcZRxpTM8BpBbtRwlGFUTSKEpcbI-Cdnt3GL73uMzE8QwmDHt-ZAkrMHmfWOfch_h3Q3hgE6cRjqWejQCKHB9OoA7NA-oEIQ30YjkcZuDs-jXbgvYP6sllsJEtAfDL0/s320/New+Picture+%2811%29.pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijNDrIS_0jkPbxczyR1UcNpfbB2Qf-9QRYu9mKn7rRJY9rqVtwclVsb-G3SOeMtiwiaZVNTfyytvhqIbDigrhZJLsqa_Nk8ZZ6ZCygjLkAkAIR1XHTJrHKltcuHrB25sP1r5czjTfkDXk/s320/New+Picture+%2812%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlGa9aJQEVHUe89SwQs3v9k7XPt1G1vADxQe9p23mR5WV08I4X41K1dMdvlzfhDjukDeBxSNxXMT0Tkxu8k2cqqDdr796YsMVwHusEFtYthTnXRx9vb-kstSFhYSwED618o-d1LzSDpjc/s320/New+Picture+%2813%29.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5D3wyrYskanqjH2mjlEKVwZoyzmK1MNpG_g8KCefdXwLyFaa2CO7HNcst8irjCKahud67w4AxvznV83o_bigPWkzxDKMv5Qs-e8KKxmkafB7UMsxTSzsxQVIOkdmCHwInzDdeH6Ocql4/s320/New+Picture+%252814%2529.png

B.Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :

1.      Berpikir jangka pendek (short term perspective)
2.      Tidak terencana (dominated by unplanned behavior).
3.      Suka berkumpul
4.      Gagap teknologi (not adaptive to high technology).
5.      Berorientasi pada konteks (context, not content oriented).
6.      Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect).
7.      Beragama(religious)
8.      Gengsi (putting prestige as important motive).
9.      Budaya lokal (strong in subculture
10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment).
A.       PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1.                  Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2.                  Pendekatan nilai guna Ordinal 

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
·        Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.

B.       KONSEP ELASTISITAS
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di  bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar  analisis ekonomi, seperti dalam  menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan  pajak, maupun distribusi kemakmuran.
·        Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas.

·        Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang.

1.      Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif).

2.      Elastisitas silang negatif
Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).

3.      Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.

·        Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan
























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Seluruh materi-materi yang disampaikan adalah hal-hal yang harus dilakukan pengusaha untuk meningkatkan hasil produksi sehingga tujuan mendapat keuntungan pun dapat tercapai. Untuk memaksimalkan hasil produksi harus memenuhi beberapa konsep penting dalam perilaku produsen yaitu :
1.        Faktor Produksi
2.        Fungsi Produksi
3.        Law of diminishing returns
4.        Least Lost Combination
Perilku produsen juga mengajarkan kita untuk lebih teliti dalam memberikan harga jual yang tidak merugikan produsen dan juga tidak memberatkan konsumen sehingga daya konsumsi pun stabil karena selain konsumen membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkan produsen, konsumen juga mampu membeli barang atau jasa yang di jual.

2. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi


















DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar