
Akhmad Ali Atmizi
M Sa’dilah
Ibnu Salam
M agus P
Salapuddin
SMKN 1 Tapin Selatan
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Perilaku produsen dan Konsumen” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, serta keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya yang berada di alam
raya ini.
Makalah ini berisikan tentang perilaku-perilaku
apa saja yang terjadi di dalam masyarakat beserta beberapa penjabaran contoh
kasus yang kerap dialami oleh masyarakat luas.
Dengan demikian kiranya kami berharap agar
makalah yang sederhana ini dapat ikut ambil bagian dalam menumbuh kembangkan
aspek informasi dan pengetahuan kita semua. Tentunya kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik dari
pembaca senantiasa kami harapankan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini baik secara
moril maupun materiil. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami.
Amin Ya Robbalalamin.
Terimakasih.
Hormat kami
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………… i
Daftar
isi ………………………………………………….ii
BAB
I
Pendahuluan
........................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB
II
Pembahasan
…………………………………………………….
A . Perilaku produsen
B.Perilaku Konsumen
BAB
III
Penutup………………………………………………………………….
KESIMPULAN
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar belakang masalah
a. Perilaku
prudusen
Dalam organisasi perusahaan kita tidak akan bisa lepas dari
ruang lingkup ekonomi karena salah satu tujuan perusahaan teresebut didirikan
adalah agar mendapatkan suatu keuntungan dalam segi ekonomi, oleh karena itu
perilaku produsen adalah salah satu ruang lingkup ekonomi yang patut kita
pelajari agar tujuan dari organisasi perusahaan dapat terpenuhi.
Salah
satu bagian dari ruang ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada
saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan
produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Pembahasan
tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk
melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan
konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa
banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan
konsumen-konsumennya.
b.
Perilaku konsumen
“Konsumen, bagaimana dengan perkiraan konsumen yang akan membeli
produk kita? Berapa prakiraan konsumen yang akan menggunakan produk ini jika
kita lakukan plan A? bagaimana jika plan B kita terapkan? Apakah ada bentuk
penanggulangan jika plan A maupun plan B tidak berhasil dilaksanakan?” itulah
kalimat-kalimat gundah yang seringkali terdengar di kalangan para pebisnis
maupun wirausahawan yang sedang menapaki ranah perdagangan barang dan jasa
dalam sebuah rapat perencanaan strategis mereka di bidang pemasaran.
Tak diragukan lagi, sasaran dari pebisnis dan wirausahawan
tersebut ialah untuk dapat menjaring konsumen sebanyak-banyaknya agar dapat
menggunakan atau membeli produk mereka.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk
dapat menaikkan rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil
menarik simpati para konsumen. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang
akhirnya menemukan kegagalan dalam perencanaan strategi marketing mereka dan
terpuruk akibat sedikitnya minat konsumen terhadap produk mereka.
Lalu bagaimana sekarang? permasalahannya ialah, apa yang
menyebabkan mereka menjadi gagal dalam memasarkan produk mereka? Mengapa mereka
bisa gagal?
Jawaban dari pertanyaan diatas merupakan satu pertanyaan lagi yang
memang sudah menjadi pertanyaan klasik di dunia perdagangan barang & jasa.
Pertanyaan tersebut ialah bagaimana cara agar konsumen mau dan tertarik untuk
membeli produk dari para pebisnis maupun wirausahawan tersebut?
Memang terlihat sedikit lucu dikarenakan untuk menjawab sebuah
pertanyaan kita dihadapkan pada pertanyaan lagi. Namun, menurut kami itulah
solusi terbaik yang dapat diambil untuk memecahkan kendala-kendala yang
dihadapi ketika sebuah stategi marketing gagal dijalankan.
Hal inilah yang mendasari kelompok kami untuk melakukan analisa
masalah dalam bentuk makalah terhadap perilaku konsumen di era globalisasi
seperti saat ini.
B. RUMUSAN MASALAH
a. perilaku produsen
1.
Apa itu produsen dan produksi?
2.
Apa saja faktor dan tujuan produksi?
3.
Apa itu fungsi produksi?
4.
Bagaimana pengaplikasian fungsi
produksi?
5.
Bagaimana cara mengoptimalkan
produksi?
6.
Bagaimana cara penghitungan fungsi
produksi dan Least Cost Combination ?
7.
Kenapa dibutuhkan penghitungan
fungsi produksi dan Least Cost Combination?
b. Perilaku konsumen
-
Bagaimana cara memahami perilaku konsumen tentang pandangannya akan suatu
produk yang ada?
-
Pendekatan-pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat
memahami seluk beluk perilaku konsumen?
C. TUJUAN
Penulisan
makalah ini ditujukan agar pembaca mengetahui dan lebih memahami perilaku produsen dan konsumen lebih mendalam
.
BAB
II
PEMBAHASAN
A . Perilaku produsen
Produsen adalah orang atau suatu badan
perusahaan yang berperan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa
sehingga dapat menghasikan barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Sedangkan Produksi adalah kegiatan mengubah suatu bahan baku atau sumber
daya alam menjadi suatu barang yang dapat berguna bagi konsumen sehingga
menaikkan nilai jual dan guna barang tersebut, atau sumber daya manusia yang
dapat menjadi suatu jasa yang dapat berguna bagi konsumen sehingga menghasilkan
nilai jual dan guna jasa tersebut.
Contoh perilaku produsen :
Contoh perilaku produsen :
1.
Produsen mencari keuntungan dengan
menghasilkan barang atau jasa sebanyak-banyaknya dengan modal yang seminimum
mungkin.
2.
Produsen memberikan Diskon kepada
pembeli atau konsumen yang membeli barang dalam jumlah yang banyak yang telah
diakantentukan produsen itu sendiri.
3.
Produsen mematok biaya produksi
berdasarkan faktor input produksi tersebut, sehingga ketika harga salah satu
faktor input naik, maka harga jual hasil produksi pun akan ikut naik.
4.
Selain produsen menghasilkan barang
atau jasa sesuai kebutuhan konsumen, produsen juga menghasilkan barang atau
jasa sesuai trend atau sesuatu yang sedang banyak diminati oleh masyarakat.
5.
Produsen juga mengadaptasi isu
global atau keadaan sosial yang sedang terkenal saat itu untuk memasarkan
barang atau jasa yang mereka jual.
6.
Produsen juga memberikan diskon
besar-besaran untuk barang yang sudah lama disimpan di gudang atau biasa
disebut cuci gudang.
1.
Sumber daya alam
Contoh :
Air, Tanah, Tanaman, Hewan, Udara, Matahari, Bahan-bahan tambang mineral, dan
lain-lain.
2.
Sumber daya manusia.
Sumber daya
manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.
Tenaga Kerja Terdidik.
Contoh :
Manajer Produksi yang tugasnya bertanggung jawab, mengatur dan mengelola segala
kegiatan produksi agar hasilnya maksimal.
2.
Tenaga Kerja Terlatih.
Contoh :
Tenaga Produksi atau buruh kerja, Security, Driver, dll.
3.
Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan
Tidak Terlatih.
Contoh :
Office Boy/Girl ,Buruh Angkut, dll.
3.
Sumber modal.
Modal adalah
sesuatu yang dibutuhkan seorang produsen atau perusahaan produsen untuk bisa
memulai produksi agar menghasilkan suatu barang atau jasa yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, atau untuk menambah dan memperluas produksi agar dapat
memenuhi permintaan konsumen.
Dari kegiatan produksi ada beberapa tujuan
yang akan tercapai yaitu :
1.
Menghasilkan barang untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
2.
Mendapatkan keuntungan.
3.
Memaksimalkan sumber daya yang ada.
4.
Meminimalkan biaya produksi.
5.
Mengganti barang yang telah habis
atau yang rusak.
6.
Memaksimalkan hasil produksi.
7.
Mencari tambahan modal.
Fungsi Produksi.
Fungsi produksi adalah model
matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah inputan produksi yang dipakai
dengan jumlah output barang atau jasa yang dihasilkan dari proses produksi.
Secara matematis dapat dinyatakan :
X = f ( A1, A2, A3,...)
X : output yang dihasilkan
(A1,A2,A3,...) : input yang dipakai
Sifat fungsi produksi terdapat dalam
suatu hukum ekonomi yaitu : "The Law of Diminishing Returns"
(Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa jika
salah satu input ditambah dengan input lain yang dianggap tetap maka hasil
output dari pertambahan input tadi mula-mula akan bertambah, tetapi lama
kelamaan akan menurun menurun setelah sampai pada titik maksimalnya jika input
terus menerus ditambah.
Kondisi hukum diatas dapat kita liat
ketika suatu produsen Tahu menambahkan jumlah kacang kedelai namun jumlah
pekerja, mesin dan faktor inputan produksi lainnya dalam kondisi tetap. Jumlah
tahu yang dihasilkan memang akan meningkat karena bahan baku kacang kedelai pun
bertambah, tetapi ketika kacang kedelai terus menerus ditambah maka proses
produksi akan menjadi semakin tidak efektif karena lama kelamaan para pekerja
tidak akan sanggup mengerjakan tugas membuat tahu yang semakin banyak ,dan
bahan-bahan pembuat tahu yang lain juga tidak bertambah sehingga kacang kedelai
tidak semuanya dapat diproduksi menjadi tahu dan akhirnya hasil produksi akan
menurun seiring berjalannya waktu produksi.
B. PRODUKSI OPTIMAL
Produksi optimal dikaitkan dengan
penggunaan factor produksi untuk memproduksi output tertentu, posisi optimal
akan tercapai ketika tidak mungkin mengurangi output produksi yang lain untuk
meningkatkan output.
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan Volume Produksi yang Optimal
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sbb :
Tingkat produksi optimal atau Economic Production Quantity (EPQ) adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan. Metode EPQ dapat dicapai apabila besarnya biaya persiapan (set up cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang dikeluarkan jumlahnya minimun. Artinya, tingkat produksi optimal akan memberikan total biaya persediaan atau total inventori cost (TIC) minimum.
Metode EPQ mempertimbangkan tingkat persediaan barang jadi dan permintaan produk jadi. Metode ini juga mempertimbangkan jumlah persiapan produksi yang berpengaruh terhadap biaya persiapan. Metode EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Barang yang diproduksi mempunyai tingkat produksi yang lebih besar dari tingkat permintaan.
2. Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
3. Selama berproduksi, besarnya tingkat persediaan kurang dari Q (EPQ) karena penggunaan selama pemenuhan.
Penentuan Volume Produksi yang Optimal
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variable saja. Biaya variable dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sbb :
8.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan
produksi (set-up cost).
9.
Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding
cost).
Biaya penyimpanan terdiri atas biaya
yang-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin
tinggi.
10.
Biaya fasilitas-fasilitas
penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin)
11.
Biaya modal (opportunity cost of
capital)
12.
Biaya keusangan
13.
Biaya perhitungan fisik dan
konsiliasi laporan
14.
Biaya asuransi persediaan
15.
Biaya pajak persediaan
16.
Biaya pencurian, pengrusakan atau
perampokan
17.
Biaya penanganan persediaan, dan
sebagainya.
kurva isoquant, contoh :
Sementara itu Isocost atau disebut juga garis ongkos sama adalah kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan cara mengeluarkan sejumlah biaya tertentu. Untuk dapat menggambar grafik isocost ini harus diketahui uang yang tersedia dan harga masing-masing faktor produksi.
Contoh : Modal tersedia $500, harga Tenaga Kerja $15,- per unit dan modal $8,- per unit.
Untuk dapat mencapai tingkat produksi optimal dengan biaya minimum bisa menggunakan kurva bersinggungan antara isoquant dan isocost dengan syarat :
disebut Marginal Rate Of Technical Subsitution
(MRTS) yaitu jumlah input (x1) harus ditambah jika input (x2) dikurangi agar
output yang dihasilkan tetap. Syarat inilah disebut Least Cost Combination.
Contoh dari cara meminimalkan ongkos produksi jika hasil output sudah di ketahui dengan data sebagai berikut : Toko sepatu memiliki modal tersedia $8.000, harga Tenaga Kerja $10,- per unit dan modal $25,- per unit dan jumlah yang diproduksi 200 unit sepatu.
Contoh dari cara meminimalkan ongkos produksi jika hasil output sudah di ketahui dengan data sebagai berikut : Toko sepatu memiliki modal tersedia $8.000, harga Tenaga Kerja $10,- per unit dan modal $25,- per unit dan jumlah yang diproduksi 200 unit sepatu.
B.Perilaku
Konsumen
Perilaku konsumen merupakan
suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang
saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell,
Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan
sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan
dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas
yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan
dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan,
dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen
Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective)
2.
Tidak terencana (dominated by unplanned behavior).
3.
Suka berkumpul
4.
Gagap teknologi (not
adaptive to high technology).
5.
Berorientasi pada
konteks (context, not content oriented).
6.
Suka buatan Luar Negeri
(receptive to COO effect).
7.
Beragama(religious)
8.
Gengsi (putting prestige
as important motive).
9.
Budaya lokal (strong in
subculture
10. Kurang peduli lingkungan (low
consciousness towards environment).
A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Teori tingkah laku
konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1.
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2.
Pendekatan nilai guna Ordinal
Pendekatan nilai guna
(Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna
(Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan
kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang
yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang
konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Misalnya: mata uang.
- Setiap tambahan satu
unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen
tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal
(marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah
barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law
of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu
menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna
ordinal
Pendekatan nilai guna
ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak
dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan
yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal
tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan
ordinal
Kepuasan konsumen dari
mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya
pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
Persamaan kardinal dan
ordinal
Persamaan cardinal dan
ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu
pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan
ordinal
Nilai guna (Utility)
Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan
dalam bilangan / angka.
·
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal
utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis
indifferent curve atau kurva kepuasan sama.
B. KONSEP ELASTISITAS
Dalam
ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan
proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan
kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi
konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu
konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering
dipakai sebagai dasar analisis ekonomi,
seperti dalam menganalisis permintaan,
penawaran, penerimaan pajak, maupun
distribusi kemakmuran.
·
Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity
of Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang
diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat
perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien
elastisitas.
·
Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga
barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut
dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam
respons prubahan permintaan suatu barang.
1. Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang
A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh,
peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh
merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif).
2. Elastisitas silang negatif
Peningkatan harga barang
A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga
bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua
barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
3. Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang
A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam
ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga
kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.
· Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan
(peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan berpengaruh
terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut
diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Seluruh materi-materi yang
disampaikan adalah hal-hal yang harus dilakukan pengusaha untuk meningkatkan
hasil produksi sehingga tujuan mendapat keuntungan pun dapat tercapai. Untuk
memaksimalkan hasil produksi harus memenuhi beberapa konsep penting dalam
perilaku produsen yaitu :
1.
Faktor Produksi
2.
Fungsi Produksi
3.
Law of diminishing returns
4.
Least Lost Combination
Perilku produsen juga mengajarkan kita untuk lebih teliti
dalam memberikan harga jual yang tidak merugikan produsen dan juga tidak
memberatkan konsumen sehingga daya konsumsi pun stabil karena selain konsumen
membutuhkan barang atau jasa yang dihasilkan produsen, konsumen juga mampu
membeli barang atau jasa yang di jual.
2. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
2. Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan
sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan
dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi
DAFTAR PUSTAKA
http://bagus.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9993/Slide_BAB_V.ppt
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/.../mikro-5-perilaku-produsen-nuhfil.pdf
http://ahmadsubagyo.com/...mikro/05-TEORI-PRODUKSI-1-DAN-2.pdf
http://dwizeru.wordpress.com/2011/05/28/perilaku-produsen/
http://ambrosiusnurhadiprasetyo.blogspot.com/2012/03/perilaku-produsen.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/produksi-optimal/
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/.../mikro-5-perilaku-produsen-nuhfil.pdf
http://ahmadsubagyo.com/...mikro/05-TEORI-PRODUKSI-1-DAN-2.pdf
http://dwizeru.wordpress.com/2011/05/28/perilaku-produsen/
http://ambrosiusnurhadiprasetyo.blogspot.com/2012/03/perilaku-produsen.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/produksi-optimal/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar