Gua Arigasi sendiri masih belum di ketahui kedalamannya sampai saat ini, karena gua ini memang belum banyak diketahui publik.
Sebelum melakukan penelusuran kami sempat bersoli-soli (bersosialisasi) dengan warga setempat. Kepercayaan yang beredar di masyarakat mengenai gua Arigasi, ada yang mengatakan dalam gua ini ada ular sebesar liang yang akan muncul, hingga pernah ada yang menuruninya namun tidak kembali.
Mengenai kepercayaan, kami cukup menghargainya. Faktor lain yang benar-benar diperhatikan adalah keadaan cuacan kesiapan fisik dan mental serta latihan sebelum melakukan penelusuran gua vertical.
Survei pertama dengan menuruni gua dilakukan oleh Hanafi (FYI, diperlukan tali yang panjang untuk angkur, karena posisi pepohonan cukup jauh dari mulut gua). Karena waktu kurang memungkinkan, penurunan selanjutnya dilanjutkan keesokan harinya. (Fyi lagi, basecamp di sekitar mulut gua kurang recomended, karena posisi mulut gua di puncak gunung menyebabkan tidak ada aliran air dan jika tidak bisa sembarang menaruh makanan, karena akan di penuhi salimbada (semut merah yang kalo gigit sakit banget wkwk)
Di pagi hari yang cerah, aku orang pertama yang menuruni gua, alhamdulillah tidak ada masalah, cuman demam panggung di awal karna benar-benar pertama kali menuruni gua dengan SRT di gua langsung (biasanya di dinding panjat whehe). Aku sampai di lantai 1 dilanjutkan dengan yang lain. Kemudian aku dan ka Ifit melanjutkan penurunan ke lantai selanjutnya sementara yang lain tetap di lantai pertama. Jarak dari mulut gua- tempat kami berdua berdiri sekitar 42 Meter di dalam perut bumi. Di tempat kami berdiri, terdapat aula dan beberapa cabang gua yang horizontal. Kami berkeliling dan mengecek beberapa cabang. Pada salah satu cabang, kami berdua menemuka lubang vertical, namun terhambat peralatan ( tali yang kami bawa tidak cukup panjang) kami tidak menuruninya dan kembali ke atas.
Pengalaman luar biasa. Yang melelahkan hanya kami berempat harus berbagi untuk membawa alat SRT dan tali temali ( kenapa kami berempat yang bawa alat, karena pada momen itu adalah kamilah yang sedang pemantapan divisi). Saat itu juga menyadari betapa lelahnya para laki yang bawa alat pada setiap perjalanan yang gak habis-habis sampai pulang wkwk sementara kita cewe bawa konsumsi yang klo pulang udah berkurang .